Rokok, kopi dan tulisan.


.

Memanggangnya, lalu menarik semburan asap. Hingga liur terbahak, karena panas mungkin. Bibirpun tak tega melarang. Menyemburnya, bergaya O atau terlepas. Tak sadar pernapasan terseok curiga dan berubah hitam, bahkan rapuh. Penawarnya pun kuteguk tanpa beban padahal panas seduhannya masih beruap. Lalu mencoret layar putih dan tersebar melahirkan kata, sampai sebesar kalimat.

Medan, Oktober 2010

2 Responses to “Rokok, kopi dan tulisan.”

  1. Sank Kunyuq ( Zhye Pane) says:

    Aku senang terbangun seiring irama kehidupan..ciap anak-anak ayam dihalaman belakang menyergap rongga telinga
    camkan,ciap anak ayam..bukan kicau burung!
    haha . .
    mentari pagi menerobos masuk menyilaukan retina,
    tapi itu ktika aku msh aku!

    dekade menepi memberi jalan pada era pengaburan etika
    tersudut disisi labirin hidup
    mereguk pahit isak kesakitan..asap mengepul,entah itu sigaret..boleh pula kretek
    meraih ujung asbak dengan jemari gemetar,mata sendu..bibir membiru..
    hatiku batu . .
    disini..
    rokokku..kental kopiku..kepul asapku berbaur bersama gelisahku..
    masihkah aku mnjadi aku . . .

  2. lalu dmana ketika semburat fajar menerjang pelupuk?
    diam dan menengadah atau malah tertunduk lalu berteriak lengking.

    lalu berjemur salju dan mengasapkan dupa pada siang, lalu dikepulkannya biadadari dari asap yang nath dupa, rokok atau sampah di ujung gang sana.
    dan kau masih tetap kau, hanya berubah rupa bukan tabiat.

Your Reply