ketinggalan


.

aku dikunjungi masalah kasmaran yang mengendarai keledai dari seberang nusa sana, pencetak nuansa anggun. ingin berdiri dengan sandaran air dan basah, lalu terbangun karena mungkin ini impian saja, atau guratan ketakutan hilangnya pesona kerudungmu dan aku menonton ketoprak yang pemerannya aku sendiri tanpa hiruk pikuk dialog. tersenyum gundah menjejali dini hari sampai sore ini, lalu aku mengasumsikannya sebagai keterpurukan lisan yang tak sempat terucap karena terlalu merancang taktik untuk merenggut kesendirianmu lalu tertinggal di garis awal saat dia sudah naik di podium status hubungan dan kau mengalunginya lebih dari karib sampai menyentuh kabel intim. bagaimana aku?

hanya bisa menyelam di kali ragu, berhilir sampai kemuara putus asa, selanjutnya mentahlukkan putus asa agar aku seperti gletser. sampai temaram pun kan ku jejaki sabana, memanjat pohon sejenis, lalu berlari berlari karena dikejar terkaman maut melata sampai aku mampu mendaki bukit penantian, dengan tenang duduk bersila layaknya para petapa genit sembari berkhayal

kau hadir mendongakkan kepalaku lalu menegangkan persendian matamu dan
memompa keras deguban jantung.

"aku masih menunggu"

Your Reply