Archive for 01/09/11 - 01/10/11
Saatnya berkata
.
Semua mata, hati dan pikiran kembali pada bayang-bayang semu. Dan saat inilah, lisan akan berkata jujur, tentang semua hal yang tak berdalih, tentang hati yang tlah menepi, tentang asa yang memuncah.
Medan, September 2011
Menunggu luluh
.
Lidah terkadang kaku untuk sebuah lisan yang tak berujung itu. Lebih baik membeku dan menanti panas sampai mencairkannya, lalu aku tak ragu.
Aek kanopan, September 2011
Tak kuat
.
Lalu, Dinding-dinding khayal itu rapuh di terjang angin yang menyisir dari deburan masa.
Aek kanopan, September 2011
Penikmat hidup
.
kawan, aku tak sanggup melihat ujung kehidupan.
karena aku hanya penikmat hidup.
ajak aku berkenalan dengan waktu.
Aek kanopan, September 2011
Marah asa
.
Dan ketika khayal tak bersemi karena impi cendrung lari, tinggal asa yang berkecamuk histeris. Namun, problematika acap kali telat menjelma jadi riang.
Medan, September 2010
Hisab (perhitungan)
.
Masih terdiam sepi, karena bulan tak hadir di ufuk. Yang lain ber astronomi dengan campuran hitung-hitungan; berbeda.
Aek kanopan, Agustus 2011
Catatan kisah
.
Seterusnya, kisah kita hanya menjelma sayap-sayap cerita pada catatan saku. Semoga angin bersemilir mendengarnya.
Aek kanopan, Agustus 2011
Melukis hati
.
Akhirnya, warna-warna cerah terlukis dalam jalan kusam yang kulalui seiring detak detik reok. Secercah matahari jingga memufuk keindahan, dan malam enggan serasa siang, seperti ilalang jalang yang bergoyang riang; begitulah kita.
Aek kanopan, Agustus 2011
Begitu dekat
.
Seperti
itu, Aku akan selalu merindukan malam-malam kita walau tanpa
sepengetahuan bintang dan rembulan, karena mereka akan tersenyum lirih
jika aku terus meratap pilu. Dan sekarang, asa kecemplung di waduk rasa
itu. rasa dimana aku dan dirimu pada saat ini. Kau begitu dekat, sangat
dekat.
Aek kanopan, Agustus 2011
Angan
.
Kita hanya ada pada angan. Tak benar hidup karena atmosfer kecemburuan menyesaki kerlap-kerlip asa.
Aek kanopan, Agustus 2011
Untuk negeri
.
Saat ini juga, aku kembali hidup pada negeri. Tapi, bukan para bedebah. Aku bergeming menikmati mati di negeri sendiri
Aek kanopan, Agustus 2011
Tlah berubah
.
kata mereka, "kau masih seperti dulu". Tapi, waktu memediasi dan berkata lain. Pernyataannya dimuat dalam rubrik kelakuan dalam tabloid tabir dunia. Petikannya, "dia tlah menjadi sekarang, dan itu tlah berubah menurut hari."
Aek kanopan, Agustus 2011
Rona marah
.
Sejatinya, ingin ku untai kata-kata manis menjadi duri yang paling mencekam diri. Bersuara parau di antara kegamangan hidup, menyendiri karena pedati tak cukup memuat hati. Dan karena peniti itu menusuk bak belati penyayat.
Aek kanopan, Agustus 2011
Tarian untukmu
.
Aku
ingin menguraikan tarian dengan gemulai untukmu, lalu berfantasi
dengan uraian kata-kata dan bernafas dengan lihainya memparadekan
kalimat agar hatimu berdansa sendu ; tapi riang.
Inginku terbahak-bahak sampai sadar ada genderang dengan tabuhan terpingkal-pingkal.
Aek kanopan, Agustus 2011
Masih gagal
.
semua
tak berhasil merengkuh malam. Kecuali aku dengan sepi menggandeng
malam. Tapi, masih saja tak sanggup mengawinkannya dengan pagi, apalagi
siang. Aku gagal.
Aek kanopan, Juli 2011
Menangguhkan diri
.
Aku lebih memilih jalan yang berkelok, karena jalan lurus tak pernah jauh.
Dan senja akan mengajarkan tentang terpeleset, terseok, lalu bangkit
dengan segala kekuatan sampai mampu membangun dinasti setangguh baja.
Aek kanopan, Juli 2011
Jangan paksa
.
Untuk semua kekeliruan, biarkan aku berjalan bersama hening dan berlari ketika ramai; jangan dikte aku. Keterpaksaan hanya berujung duka bagi kita yang terpaksa.
Medan, Juli 2011
Izinkan berujar cinta
.
Jejeran
kalimat dalam lantunan komentar di Tatap muka itu memaksa untuk
menghantarkan senyum duka, karena Jarak semakin menyiksa. Izinkan aku
berucap cinta untuk sekali saja.
Medan, Juli 2011
Bermasalah
.
Aku punya kesalahan fatal kawan, "Bermasalah dengan masalah yang semakin salah kalau dipermasalahkan."
Semoga kedipan mata, degupan jantung, hirupan nafas tak punya masalah.
Medan, Juli 2011
Asa kuat
.