Archive for 01/06/11 - 01/07/11

Kutukan hari


.

Dalam malam aku diam. Ini tak begitu kelam di banding dalam siang Aku malah meriang. Terlalu tega hukuman hari.
Medan, Juni 2011

Khayalan


.

Ketika jemari lembutmu menggenggam lembut telapak tangan kasarku, kita bergandengan menghadap luas daratan, menyebrangi samudra di ujung sana.
Medan, Juni 2011

Dibalik senyum


.

Ada jiwa-jiwa tersakiti dari balik sunggingan senyum itu; bukan karena sedih.
 Medan, Juni 2011
 

Hilang


.

Dan kita semakin tak berjejak. Tembok tinggi membatas, menelan bayang, memenjarakan mimpi.
Medan, Juni 2011

Tak berubah


.

Aku tetap kesepian selama malam masih menjelma kelam, selama angin masih bersemilir dingin, siang memancarkan panas.
 Medan, Juni 2011

Sifat cinta


.

Terkadang, cinta membutakan mata, membisukan mulut, menghentikan pernafasan, mengkelukan lidah, memekakkan telinga. hanya saja, cinta selalu menghadirkan Suka yang abadi ketika kita benar-benar jatuh cinta.
 Medan, Juni 2011

Senyum malam


.

Berbagi senyumlah kawan, aku ingin menjadi mentari pada malam. Lihatlah, malam murung di terpa embun, malam tersedu ditinggal bintang tanpa pamit, malam pincang di jegal bulan. Bagaimana kita?
 Medan, Juni 2011

Hujan Senja Awal Juni di Medan


.

- Di jalanan

Basah tapi gerah, saat itu juga adzan berkumandang; mengundang orang. Payung-Payung berkejaran, sepasang mata sayu berteduh di bawah atap, sesekali menyeruput teh panas.

Matahari di usir kelabu sebelum waktu. Lampu lalu lintas tak kejam lagi, di ejek supir. Abang becak mengaduh sesal pada malam, "anakku alamat tak makan".

Ada apa Medan senja ini? Hujan di campur peluh gerah. Penjaja es murung, bulan berpayung awan, bintang enggan gemintang, asongan rokok perempatan jalan gulung tikar, pengemis nangis.

- Di Balai kota dan Gedung Dewan

Walikota marah, jalan tergenang, ranting-ranting patah, pejabat balai kota deg-degan, kontraktor terbahak-bahak, "Besok dapat proyek lagi".

Anggota dewan gagal pulang, "Dapilku kebanjiran". Besok siapkan berkas ikut tender. Staf khusus dikejar burung, rumah pohonnya digerus abrasi. Medan kacau di senja awal juni.

Medan, Juni 2011
faisal fariz

Kelahiran titipan, Kematian ketetapan


.

Dan Aku sendiri dengan luka-luka kecaman, dengan sahaja yg menekuk pikiran. Mungkin, esok masih saja berjalan membawa berkas luka itu. Padahal, kemarin slalu tertawa bangga karena kelahiran adalah hal terindah utk menghancurkan dunia. Tapi sekarang, dengan tangis mencoba merekontruksi semua kehancuran. Naif untuk semua khayal, keputusan untuk terlahir kedunia terlalu arogan tanpa tawar. Tapi, Aku yakin masalah adalah vitamin. Semua kehancuran adalah protein. Bak musim, Aku inkonsisten dengan peradaban, karena semua itu adalah titipan.
Medan, Juni 2011

*Sumut pos 30 oktober 2011


Mendekati Mati; Karena Illahi


.

Untuk sebuah masa, Aku bersedekap penuh doa; karena Illahi.
Untuk takdir, Aku mengadu nasib penuh ikhtiar; karena Illahi.
Untuk hidup, Aku mnjaja bakat; krena Illahi.
Untuk bangun, Aku harus tidur; karena Illahi.
Untuk azal, Aku berbekal amal; karena Illahi.
Lalu, seiring bulan benderang, bintang gemintang pada malam. Aku masih bersimpuh pada-Nya, memohon ridho dan ampunan-Nya.
Karena smua adalah ciptaan-Nya.
Walau hina, nista dan tercela, Aku masih berharap ada keabadian ketika kafan membalut, ketika tandu keranda, ketika nisan untuk kenang,
ketika amalan terputus kecuali tiga, dan ketika mereka bermunazat untukku. Aku mendatangi azal.
 Medan, Juni 2011

masih kotor


.

Aku masih bersahutan dengan diam, karena paraunya hidup tak tergenggam. Jangan sentuh aku dengan posesif. Aku belum mampu mengangkangi amal; masih kotor.
Medan, Juni 2011

Pacarku; MALAM


.

ternyata malam berisyarat lembut. bercerita lewat kelam, sesekali dengan embunnya mengelus lembut. aku hanyut dengan buaian malam.
Medan, Juni 2011

Waktu


.

Beginilah waktu. Terlalu cepat ketika kita tak inginkan kehadirannya. Tapi, terlalu lama ketika kita menginginkannya. Ada apa dengan waktu?
Terlalu arogan untuk sebuah kadar. Sebuah saat yang tak bersiasat. Padahal metamorfosis juga butuh tahap. Tapi, waktu tidak.
 Medan, Juni 2011

Melepas Mati Muda


.

Semua keinginanku untuk MATI MUDA harus di simpan dulu. Sekarang Aku berusaha mengubah Indonesia dengan tulisan, dengan visual dan apapun itu.
Karena Aku bukan "PECUN-DANG", meninggalkan masalah dengan masalah. Aku masih ingin berjalan di bawah terik, mengais tumpukan sampah lalu menulisnya dengan tatapan lapar. Dari sisa-sisa rezeki, Kubangun pondasi penerus bangsa, biar tak rapuh dimakan rayap-rayap korupsi. Tulisan-tulisan adalah mimpi dan citaku.
Medan, Mei 2011

Testimoni hari


.

Testimoni pagi : 
Aku terkubur luka kemarin. Masih membekas, tetes lilin yg kau curahkan sore itu.
Testimoni siang : 
sampai-sampai, peluh pun kau santap sebagai penawar anomali cuaca; guntur terbahak-bahak sampai meludah hujan.

Medan, Mei 2011
 

Karena sepi


.

untuk semua kekeliruan hati, ajak aku berdansa dengan alunan gemercik embun karena di angkasa bulan tlah memeluk bintang hingga terang, patahkan ranting-ranting kelam biar tak berbuah masalah bagi para peneduh. Ilalang ikut bergoyang karena dentuman binatang-binatang malam bersahutan.
Medan, Mei 2011