Ini lirih tentang rasa, terbang menyentuh ufuk malam. Bernadi sembah lalu mistikus khayal. Belakangan ku kenal kata semedi. Bermandi rupa wangi, lalu aku tergolek membaca mantra untuk dirimu dikasur tanah yg tak rapi. Baru ku jabat asa, berupa kembang nyata lalu tiada saat meraba. Lantas kucium nyata, hingga dahi berkerut aku masih berkarib.
Aku bergelayut mengeja langit, bintang mendikte bait.
Sesaat aku pamit.
This entry was posted on Selasa, 12 Oktober 2010
. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can skip to the end and leave a response.