Kala rintik pagi di Medan


.

Berkomposer riang lalu terjal dimakan badai. Dentingdenting riaknya berkejaran perkusi diatap seng memadukannya hingga memantik luka menyayat fajar, mengeten dari celah kelabunya awan. Pagi ini anugerah. Silsilah lelembutnya mengantukkan ubunubun kembali menghanyutkan mata di sungai mimpi. Kela...karkelakar tak menjulang, bahkan terhimpit di temaram. Seketika hening, Medan menggelayut padahal resepsi bertaburan dijantungnya. Sesak masih mengidap. Tak ingin terdiaknosa sedih, padahal ini anugerah. Terimalah Medan diguyur rintik pagi. 

Medan, oktober 2010

Your Reply