Coretan dari "Hujan malam"


.

belakangan ini, malam mulai menggerutu pada mimpi dan mengganggu langit sampai menangis sedu sedan. apakah ini gelagat akhir? atau rupanya saja yang tak menarik, hingga malam jadi begini?


Juliana Hasibuan :
Malam ini, ku jabarkan senangnya langit dengan segala resapan-resapan doa ; ia menjadi benderang.
malam gelap dan mimpi sendu tak lagi terisak
berhenti jahil, senyum bintang menjadi awalnya.

Faisal Fariz :
namun prasangka tak juga membaik.
lihatlah, gelagatnya dengan muram itu.

Juliana Hasibuan :
Aku lihat, aku rasakan juga ia bermuram lagi.
cengkraman langit hitam muncul lagi selaras dengan jatuhnya sang mega hujan.
Aku lihat, aku rasakan juga prasangka buruk itu,
dingin sekali menyusup sukma
aku gentar ; selimuti aku.

Faisal Fariz :
kelihaiannya meracik muram menjadi emosi kelam tak dijagokan sang pagi.
namun aku kesal, tak menghadiahimu selimut kepercayaan diri agar gentar tak mengikutimu saat dingin kau bergandeng tangan dengan dingin.

Juliana Hasibuan :
Lihatlah, garis muram menghilang ditelan fajar, tak perlu bersesal diri atas kealpaan, karena jiwa tak langgeng bercinta dengan hitam.
rasakan rasukan semangat mentari dan kita akan berdiri.

Faisal Fariz :
aku tlah lalai mencoret garis muram itu, aku juga diceraikan hitam.saat ini, hanya ada putih yang mendiami relung nistaku. dan kelabu menjajah langit lagi siang ini. seakan mereka berperang memperebutkan tahta awan.

Juliana Hasibuan :
Kelalaian bukan nista, yang ku persalahkan ia ada karena kata insan. Jangan hakimi dirimu sekeras batu, aku berdosa karenanya.
Dengar kicauan matahari siang ini, bersemangat menggugah peraduan awan mencuri kekuasaan mendung.

Faisal Fariz :
aku hanya menyalahkan waktu karena mengundang nista saja di hajatan ini. lalu, pahala akan hadir menghapus dosa yang tak sengaja kau tebarkan dalam gurauan.

Juliana Hasibuan :
Aku begitu roboh bercerita tentang dosa, tolonglah sadarkan khilaf ini agar aku bahagia bersanding dengan bulan dimalam temaram kita.

Faisal Fariz :

Maka undanglah suka dengan rona kegurauan seperti sedia kala, seperti para pelawak berkelakar di layar datar.

Juliana Hasibuan :

Jikalah hati penuh dengan lara, ajari aku menggiring suka. lama kunantikan hiasan tawa, tak jua ada sepertimu.

Faisal Fariz :
sesederhana mungkin aku berteriak riang dengan guyonan ringan, ketika itu jua aku meracik suka hingga terbiasa menegurmu agar kau mengasah bahasa kelakar lalu sumringah dan menapak hari jadi lincah ; walau granit menerjalmu.

Juliana Hasibuan :
Harapku, kau juga mengajari ekor bahagia tak terlalu cepat menari menjauhiku. Jangan kelabui aku dengan fatamorgana, pahamkan ia untuk merajut kisah abadi, agar kau lihat kelakarku lebih keras darimu.

Faisal Fariz :
Aku ingin menguraikan tarian dengan gemulai untukmu, lalu aku berfantasi dengan uraian kata-kata dan bernafas dengan lihainya memparadekan kalimat agar hatimu berdansa sendu ; tapi riang.
Inginku terbahak-bahak sampai sadar ada genderang dengan tabuhan terpingkal-pingkal.

Your Reply