Sabtu malam sampai minggu sore


.

Seperti kemarin, dialog dengan mata angin menjadi santapan buasku di sabtu malam. Cengkraman purnama tak hadirkan pesona emas, hanya bintang yang riang saat bernostalgia dengan awan hitam malam ini.
Sampai malam diusir matahari, aku hening berias guratan dikening. Jariku kaku tak pernah terbungkus telapak tanganmu. Sorot matamu tak tembus pandangi hatiku saat rasa kian berkecamuk hebat, hingga banjir air mata tak terbendung mengetahui kau setia dengan pangeran dari kotamu.

Minggu.

"Fajar hadir dengan pesona baru", diselimuti awan hitam dan memandikan bumi dari pancuran langit. Tapi, aku tak kebagian itu hingga sumur dihatiku kering dan kemarau panjang.
Sangsakala mulai tertiup dari ubun-ubun, terdengar membahana ke pelosok zaman.
Terik saat itu menemaniku berkelana mengitari putaran jam sampai dia (matahari) parkir di haltenya, dibarat sana.

Your Reply