Ketika itu, kau menjenguk kesendirian lalu menetap dengan jengah sampai prestasi tak menoleh sapaan halus kita. Ini dogma dari keseragaman peradilan alam, enggan bermediasi waktu, detik jam marathon sampai lelah mengitari angka, berhenti saat status quo. Genting tak beraturan mengantri diloket peradaban. Men...erobos jalur sepi, kembali menjenguk kesendirian hingga bosan pramuniaga menjajakan buah tangan. Dan terdiam saat abaaba telah tiada saat menginjak pintu awal. Berteriak dan hening, berotasi lagi dengan ufuk keheningan.
Medan, November 2010
This entry was posted on Minggu, 07 November 2010
. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can skip to the end and leave a response.
cantik banget blog.a
thanks banget ya.
hehe./