Lalu, apa itu hari?


.

Akhirnya berubah menjadi malapetaka pada siang, pada tandus sepi di taman bara, Kau menjelma ufuk-ufuk jingga dibarat sana, mengharap orang mengabadikan serongmu.
Mendinginkan angin, menenggelamkan terang, menceraikan geliat-geliat raga agar tenang menikmati perantauanmu. Sebaliknya malam, Kau menyelimuti surya biar tak bias, biar kau dipuja insan (menyuap dengan rupa-rupa taman langit). Padahal awak bumi menunggu pagi. Kami ingin merangkum terang dan menikmati malam.
Lalu, apa itu hari?

Medan, 20 April 2011

Your Reply