Harap cemas


.

Kini, asa berkelebat hebat memandang tepat pada halte perjalanan sepi. Sangkaan berbuah manis, kehendak mengecap pahit. Segera menepi bidadari, sambutku riang dengan harap cemas. Lalu, disini kata terangkai indah untukmu berwajah indah. Ntah nanti, sesaat mendarat. Lisan kadang tak bijak memandang peri. Harap cemas terus mendemonstrasi benak. Dimana rangkaian jejak penyair jalanan yang selalu berkolosal dalam jejaring?

Biar harap cemas berkemas barang semalam.

Medan, 25 Maret 2011

Your Reply