Malam kayak pagi, pagi kayak siang, siang kayak sore, sore kayak malam. Lalu, aku seperti apa?
Terus, aku lurus. Bersahaja pada lekuk daun pucuk perkara. Berteriak, aku akan baik dari buruk kemarin.
Diam, aku buntu. Memetik gundah padahal illahi marah karena nista mengubur suka.
Nangis, aku mundur. Ilalang-ilalang usang tertawa menetas mata dengan darah lalu luka.
Senyum, aku selesai. Teriak lepas diujung gundukan. Terus nisan menancap kaku. Ini akhir gejala.
Medan, 25 Januari 2011
This entry was posted on Kamis, 27 Januari 2011
. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can skip to the end and leave a response.