Gejala II


.

Kini hanya bisa meringkas jalanan lalu, mengumpat, balik berkelana, menggelinding guli-guli rasa.
Lalu menelaah ribuan kata terucap, mengarti jutaan arti dari arti kata, kembali berhenti ketika mereka berjalan kencang.
Ketika mereka berhenti, balik jalan tapi nyendat karena lebam ditonjok malam. Telat, tetap lambat. Sampai kapan menyambut pagi?
Biar esok, aku berhenti. Sebab, kata malam, "Aku tilam". Kata pagi, "Aku rugi". Kata siang, "Aku belang". Kata sore, "Aku kere".
Mulai tak mengerti apa kata mereka yang lain. Alergi suaraku?

Medan, 25 Januari 2011.

Your Reply