Surat asa


.

Kini, lunglai dan dilema memblokir jalanku.
Perasaan selalu berboncengan dengan duka nestapa
yang menjamur lewat kendaraan tuanya
menyapa seluruh prasangka buruk,
sampai menubruk tembok kesabaranku.
Kata yang kurancang belum tersirat seluruhnya.
Selebihnya, masih tersurat dirubrik situs jejaring sosial.
Niat tulusku menyuntingmu sebagai penghuni relung hatiku
masih menginjak-injak bumi,
padahal hati tlah berorasi hingga remuk
pagar asa menahan gejolak ini.

Your Reply