Untuk seorang dara di seberang pulau sana, Aku mengagumimu karena celotehan-celotehan riangmu ketika kecil dulu, ketika kita duduk di kursi kayu mengahadap papan hitam. Dan sekarang kau begitu anggun dengan rona solehah. Tapi, kurasa kau tak mengerti sandi rasa.
Seakan, cerita-cerita usang itu tak lebih hanya kotoran-kotoran luka yang bersemayam bersama waktu. Tanpa pamrih menyapaku hingga secara diam menancapkan belati pada satu; gadis indah.
Medan, Juli 2011
This entry was posted on Sabtu, 09 Juli 2011 . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can skip to the end and leave a response.