Maaf kasih, aku ditikam penawar hingga terlelap dalam taburan bunga-bunga anggrek ditaman itu. Untung saja kau tak terhanyut pada galian diujung sana, tempat kita menanam rasa (Kau merangkulku lalu tersenyum memandangi rumput-rumput liar menari kegirangan).
Elok mata menyahut siul pada telaga itu, tapi aku tetap terlelap karena penawar duka.
Kasih, jemarimu lembut mengelus sisa-sisa suka kita. Kau masih saja bersenandung riang meski isak membahana dari relungmu, senyummu semerbak kembang meski kelopak membendung; Aku tlah tiada .
Kasih, Aku menantimu di padang masyar, kelak kita menyahut-Nya. Bawa penawar-penawar itu.
Medan, 16 april 2011
*Sumut pos 30 oktober 2011
This entry was posted on Senin, 18 April 2011 . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can skip to the end and leave a response.
:)