aku ingin mendaki idealisme, bercengkrama dengan badai, bersorai dengan peluh, berjenaka dengan ceomohan, mengelitiki tirani hidup, melahap gundah dengan kelakar, lalu aku mati dengan sedekap dan secercah matahari pagi di timur sana (hangat, membahana ke pelosok). lalu di sholati ribuan makmum di surau tua samping rumah. kini, aku masih berani menjejal alam dengan koin tua, meneriaki angin agar dingin di teluk sana.
Medan, 17 desember 2010
This entry was posted on Jumat, 17 Desember 2010 . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can skip to the end and leave a response.